Selasa, 17 Februari 2015

Tragedi di Siang Bolong




                Gerimis turun semakin deras sehingga mengurungkan niat kami untuk berangkat pagi. Pintu pun kami kunci dari dalam agar tak ada seorangpun yang mencari kami. Aktifitas seperti biasa kami jalani, ya apalagi kalau bukan tidur.

“ Set... Pinset... ada berita baru nih ?”. Suara Kinul membangunkanku.

Kinul memanglah sosok yang paling jail diantara kami. Ada saja tingkahnya untuk mengisengi kami. Tapi itulah yang menjadikan hiburan tersendiri buat kami. Sementara Kampret dan Blai masih tidur,akupun memaksakan diri untuk bangun. Agaknya memang sedikit penasaran dengan berita yang dibawa Kinul.

“ Iya... iya... !! Bentar lagi mau bangun nih !”. Jawabku sambil perlahan-lahan membuka selimut yang menutupi wajahku. Memang kalau dibilang  sama teman-teman aku adalah sosok yang sok alim dan kenyataanya memang paling rajin diantara ketiga temanku yang lain.

Sementara Blai dengan argumen – argumenya yang nyleneh menjadikan dia sosok yang limited edition . lain halnya dengan Kampret yang super cuek dengan segala hal yang terjadi. Oleh karena itu dialah yang paling santai jika menghadapi suatu masalah.

“Hayo... Katanya mau bangun.... !!”. Tegas Kinul sambil mendorong badanku yang setengah sadar dari tidur .

“Iya... iya.. ini udah bangun. Emang ada info apa sih? Eh ditanya malah pergi !”. Jawabku dengan nada sedikit kesal karena sehabis membangunkanku Kinul malahan pergi ke dapur.

“ Penting pokoknya... nanti kalau sudah pada bangun. Baru aku ceritakan. Sebentar aku mau ambil kemoceng.” Jelas Kinul dari dapur belakang dengan nada yang sedikit berteriak.

“Memang mau buat apa sih ?”. tanyaku penasaran.

“Tenang aja.. ini ada hadiah buat Kampret dan Blai.” Jawab Kinul sambil sedikit meringis penuh siasat licik.

Kemudian dengan membawa kemoceng . Kinul menghampiri Blai dan Kampret kemudian membuka selimut yang menutupi Muka mereka berdua. Sejurus kemudian dia langsung menggosok-gosokkan kemoceng yang di pegangnya ke arah muka Blai. Seketika itu Blai langsung tersentak kaget. Dengan mengeluarkan jurus-jurus silat yang nggak jelas.

“ Ciat.... Ssst... Dugh... “ Dengan setengah sadar Blai langsung mengeluarkan jurusnya yang membuat Kinul merunduk menghindari seranganya. Dikira kemoceng tadi adalah penjahat yang berusaha menyergapnya.

“ Haha... Emang dasar kamu ini iseng Banget “ Celotehku pada Kinul. Aku dan Kinul pun tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Blai.

“Wah.. Set.. Kayaknya nggak bisa kerjain Kampret nih?. Tuh orangnya udah  bangun .. Gara-gara kita tertawa terlalu keras nih..” Terang Kinul padaku dengan nada sedikit kecewa

“Kasian deh loe nggak bisa ngerjain gue !.” Ledek Kampret pada Kinul sambil menyandarkan tubuhnya di tembok.

Setelah kami terbangun semua. Kami pun berkumpul membentu sebuah lingkaran. Seperti mau acara tahlilan.

“Nul katanya ada info menarik nih? Mana.. !!” tanyaku membuka percakapan.

“Cepetan apa beritanya !”. Sahut Blai semakin penasaran.

“Mm.. Apa ya beritanya ?. Aku sendiri juga nggak tahu apa beritanya. Haha... ha... “. Jawab Kinul dengan entengnya.

Karena begitu kesalnya kami hanya dijadikan sebagai korban keisengannya kami pun langsung mengeroyok Kinul.  

“ Prak.... Brukk... “ suara gaduh pun tak terelakkan. Tapi hasilnya tak sia-sia. Kinul tertangkap dengan mudah.

“ Pret cepat ambil selimut itu ?. Lalu kita tutupi Kinul dengan selimut .” Perintahku pada Kampret.

“Ya.. Set.. Tenang aja..  Habis itu kita tumpukin Si Kinul rame-rame oke!” Jawab Kampret sambil menambah siasat.

“Haha.. Oke deh ide bagus tuh..” Sahut Blai semakin bersemangat.

“Bruk... Bruk.. Bruk.. “ Suara tindih-menindihpun semakin keras hingga membuat Kinul mengerang kesakitan. Tapi bagi kami bertiga adalah ajang balas dendam.

“Ampun.. ampun.. aa..aku ng.. nggak akan jailin kalian lagi deh ?.” Jelas kinul dengan suara terbata-bata karena tertumpuk kami bertiga.

“Haha.. ha.. Rasain loe Nul !” Ledek Blai dengan penuh semangat.

“Sudah.. sudah.. Kasian tuh Si Tukang isengnya.!” Usulku pada kampret dan Blai.

“Ya Sudahlah Pret, kamu turun duluan...” Perintah Blai pada Kampret.

Kami pun terbaring di kasur dengan perasaan puas karena berhasil ngisengin Kinul.

“Haha..ha.. besok-besok kita main dikamar aja ya?. Nggak usah kerja enak kayaknya ?” Usul Kampret padaku , Blai dan Kinul.

Ketika kami sedang asyik bergurau di kamar. Tiba-tiba di jendela sudah berdiri sesosok hitam berbadan besar yang berdiri dibalik tirai jendela.

“Set.. siapa tuh ? masak siang-siang begini ada penampakkan !”.Tanya Kampret padaku penuh penasaran.

“Mm.. Nggak tahu juga. Yang penting jangan berisik. Siapa tahu itu orang cuma numpang lewat..! nanti kalau berisik kita ketahuan nggak kerja nih..?” Bisikku pada Kampret.

“Srett... “. Tirai pun terbuka dan ternyata yang membuka adalah Bos kami.

“Waduh gimana nih ?” Tanyaku penuh kecemasan.

“Mm..Laa... Lari.. larii.. “ Jawab Kampret tanpa berpikir panjang.

Kami pun dibuat kalang kabut seperti melihat sesosok hantu di siang bolong.

“Hei.. Kenapa kalian nggak kerja !!” bentak Bos pada kami dengan nada tinggi.

Tanpa menghiraukan pertanyaan Bos . Kami pun berlari menuju pintu belakang.
“Ayo... Blai .. buka pintunya !!” perintahku dengan nada tergesa-gesa.
“ Iya.. sebentar..” jawab Blai sambil merogoh saku celananya.

“Yes.. kuncinya dapat nih! Bentar ya aku buka “ Blai pun memasukkan kunci dan membuka pintunya.

“klak.... kree.. eekk..” suara pintu dengan cekatan dibuka oleh Blai.
Ternyata setelah dibuka pintunya. Kami sudah dihadang oleh dua orang assisten Bos.

“Waduh.. Nasib.. nasib.. “ Gumamku dalam hati.

Kami pun digiring ke kantor seperti seorang tersangka dengan perasaan malu bercampur sedih. Kami hanya pasrah dan bersiap-siap menerima hukuman yang setimpal. Bagi kami ini adalah pengalaman dan kami pun senang menjalaninya selama masih bersama dalam suka dan duka.

The End.... KarangSari-Parakan Minggu,14 Desember 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar